Langsung Ke Konten Utama

Penilaian Keadaan dan Penderita Pada P3K

Hebbie Ilma Adzim, S.ST P3K | Juli 01, 2021

Penilaian penderita merupakan langkah awal dalam pelaksanaan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan). Penilaian tersebut mencakup penilaian terhadap keadaan penderita juga terhadap kondisi / situasi keseluruhan pada saat kejadian. Pelaksanaan P3K sangat bergantung pada hasil penilaian tersebut sehingga penilaian menjadi penting untuk dilakukan sebaik-baiknya tanpa terlewat. Penilaian-penilaian tersebut secara umum mencakup hal-hal sebagai berikut:

A. Penilaian Keadaan

Penilaian keadaan bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang kejadian kecelakaan. Penilaian keadaan juga bertujuan untuk dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung ataupun mendukung pelaksanaan pertolongan pertama. Disamping hal itu, penilaian keadaan juga perlu menilai mengenai bahaya lain yang dapat terjadi baik terhadap penderita, penolong maupun orang lain di sekitar tempat kejadian.

Pada tahap ini penolong juga perlu melakukan langkah-langkah pengamanan lokasi, penderita, diri sendiri maupun orang lain di tempat kejadian. Selain hal tersebut penolong juga menilai bantuan apa saja yang diperlukan jika dianggap perlu dan memungkinkan.

B. Penilaian Dini

  1. Kesan Umum
    • Kasus trauma : kasus yang disebabkan ruda-paksa. Memiliki tanda-tanda yang terlihat jelas atau teraba, misal : luka terbuka, memar, patah tulang dan sejenisnya yang dapat disertai juga gangguan kesadaran dan sejenisnya.
    • Kasus Medis : kasus yang diderita seseorang tanpa ada riwayat ruda-paksa. Misal : sesak nafas, pingsan, dsj. Penolong perlu mencari tahu riwayat gangguan penderita dari saksi maupun keluarga penderita.
  2. Respon

    Merupakan respon yang ditunjukkan oleh penderita

    • Awas : sadar dan tanggap terhadap orang, waktu dan tempat.
    • Suara : penderita hanya bisa merespon apabila dipanggil atau mendengar suara. Adapula dimana penderita tidak dapat menjawab namun dapat mengikuti perintah sederhana.
    • Nyeri : penderita hanya bereaksi terhadap rangsangan nyeri yang diberikan, misal : cubitan kuat, tekanan pada tengah tulang dada, dsj. Reaksi yang ditunjukkan penderita dapat berupa erangan maupun gerakan ringan terhadap daerah rangsangan nyeri.
    • Tidak respon : penderita tidak menunjukkan reaksi apapun terhadap rangsangan apapun yang diberikan penolong.
  3. Jalan Nafas

    Memastikan jalan nafas penderita terbuka dan bersih.

    • Penderita respon : memperhatikan ada tidaknya gangguan suara, berbicara ataupun suara tambahan di luar suara normal. Dapat dinilai juga apakah penderita dapat mengucapkan suatu kalimat tanpa terputus.
    • Penderita tidak respon : jika penderita dipastikan tidak terdapat cedera leher, maka gunakan teknik angkat dagu tekan dahi untuk melihat apakah ada benda yang menghalangi jalur nafas pada mulut/hidung penderita. Lihat, dengar dan rasakan pernafasan penderita apakah bernafas secara normal. Pernafasan normal manusia dewasa : 12 - 20 kali per menit, pada anak-anak : 15 - 30 kali/menit dan pada bayi : 25 - 50 kali/menit.
  4. Sirkulasi dan Perdarahan Berat

    Melakukan penilaian apakah jantung bekerja dengan normal dan tidak terdapat perdarahan yang dapat mengancam nyawa penderita.

    • Penderita respon : periksa nadi pergelangan tangan (radial). Pemeriksaan pada bayi ialah dengan memeriksa nadi pada bagian dalam lengan atas (brankial).
    • Penderita tidak respon : periksa nadi leher (karotis). Pada bayi tetap dilakukan pemeriksaan terhadap nadi brankial. Denyut nadi manusia dewasa : 60 - 90 kali/menit, pada anak : 80 - 150 kali/menit, bayi : 120 - 150 kali/menit.

Penilaian dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa harus sudah ditangani sebelum melanjutkan ke pemeriksaan selanjutnya (Pemeriksaan Fisik).

C. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilaksanakan dengan cara melihat, meraba dan mendengarkan. Pemeriksaan fisik dilaksanakan secara menyeluruh terhadap bagian tubuh penderita. Mulai dari kepala, mata, telinga, mulut, leher, dada, perut, punggung, panggul, anggota gerak atas dan anggota gerak bawah, kondisi dan warna kulit, suhu tubuh (normal : 37 derajat Celcius), tekanan darah (normal dewasa : 60/100 mmHg - 90/140 mmHg). Pemeriksaan fisik juga ditujukan untuk mengetahui :

  1. Perubahan bentuk.
  2. Luka terbuka.
  3. Nyeri tekan.
  4. Bengkak.
D. Riwayat Penderita

Pelaksanaan wawancara dapat dilakukan untuk mengetahui riwayat penderita. Wawancara dapat dilakukan dengan penderita dengan respon yang baik, keluarga maupun saksi di lokasi kejadian. Penilaian riwayat merupakan hal yang penting untuk kasus medis. Penilaian riwayat secara umum mencakup hal-hal sebagai berikut :

  1. Keluhan utama.
  2. Obat-obatan yang diminum.
  3. Makanan/Minuman terakhir sebelum kejadian.
  4. Penyakit yang sedang/pernah diderita.
  5. Riwayat alergi.
  6. Kejadian yang dialami sebelum terjadinya gejala/kecelakaan.

Guna mendukung dilaksanakannya penilaian penderita, maka secara umum terdapat peralatan-peralatan yang digunakan antara lain :

  1. Jam dengan penunjuk detik yang jelas.
  2. Senter kecil.
  3. Stetoskop.
  4. Alat pengukur tekanan darah (sfigmomanometer).
  5. Alat tulis untuk mencatat.

Artikel Serupa

Memuat data...
Tidak ada data...

Komentar

Berbagi Sedekah

Jika pembaca suka dengan apa yang kami kerjakan dan ingin berbagi sedekah untuk penulis, maka bisa dengan memindai gambar kode QRIS kami atau unduh gambar kode QRIS kami. Pembaca juga dapat memberi sedekah melalui Paypal melalui tautan https://www.paypal.me/ilmaadzim.

Pembaca juga dapat berbagi sedekah ilmu dengan membagikan ilmu yang penulis pelajari dan sampaikan di dalam artikel ini secara luas dengan menekan tombol di ujung kanan atas layar gawai lalu pilih pilihan berbagi artikel yang dikehendaki.

Artikel Populer

Pengertian (Definisi) K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Pengertian (definisi) K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) umumnya terbagi menjadi 3 (tiga) versi di antaranya ialah pengertian K3 menurut F...

Rambu K3 : Kumpulan Rambu Bahaya K3 (Safety Sign)

Kumpulan rambu-rambu K3 : rambu-rambu peringatan bahaya K3 di tempat kerja yang bermanfaat sebagai manajemen visual di tempat kerja.

3 Tujuan Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di Tempat Kerja

Penerapan K3 ( Keselamatan dan Kesehatan Kerja ) memiliki 3 (tiga) tujuan dalam pelaksanaannya berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 ten...

Kumpulan Perundang-Undangan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) PDF Online Download

Perundang-undangan K3 ialah salah satu alat kerja yang penting bagi para Ahli K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) guna menerapkan K3 (Kesel...

5 Hierarki Pengendalian Resiko/Bahaya K3

Resiko /bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian memerlukan langkah pengendalian untuk menurunkan tingkat resiko/bahaya-nya...

Lambang (Logo/Simbol) K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Beserta Arti dan Maknanya

Lambang (Logo/Simbol) K3 ( Keselamatan dan Kesehatan Kerja ) beserta arti dan maknanya terdapat dalam Kepmenaker RI 1135/MEN/1987 tentang Be...

Materi (Slide) Dasar Dasar K3 (Keselamatan Dan Kesehatan Kerja) PDF Online Download

Materi (Slide) Dasar-Dasar K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) berfungsi untuk memberikan pelatihan (pengajaran) dasar pengetahuan dan wawa...